Gelembung Bias
Jadi tulisan ini bukan untuk tim sukses salah satu calon
politik, karena mereka memang dibayar untuk bikin “framing” di media sosial.
Istilah gelembung bias ini saya kutip dari vlognya Pandji
Pragiwaksono, dan kabarnya istilah ini muncul pertama kali dari Presiden
Barrack Obama juga.
Jadi aplikasi google dan media sosial lainnya memliki
algoritma sendiri dalam memunculkan kabar berita atau sebuah rekomendasi, sesuatu
yang pernah kita searching/like/tanggapi akan secara otomatis hal serupa akan muncul
kembali di akun kita. Contoh : kalau misal kita pernah atau beberapa kali
menanggapi salah satu berita yang menjelekkan salah satu calon maka berita
serupa akan muncul terus di media sosial kita atau kalau di instagram kita
pernah “like” postingan #gantipresiden2019 atau #Jokowi2periode maka di
pencarian instagram kita akan muncul hal yang berkaitan dengan itu. Secara
otomatis, kita akan terus diasupi berita semacam itu (berita yang terus
menjelekkan jokowi atau berita yang terus memuji Jokowi) sehingga kita sulit
menerima kebenaran lainnya.
Selain itu, Apabila kita mempunyai banyak grup di media
sosial, baik itu grup WA, Line , FB ataupun grup lainnya, akan ada banyak group
yang “copas-copas” opini politik yang misal menjelekkan Jokowi, maka secara
otomatis otak kita udah penuh dengan semua kejelekan-kejelakan Jokowi meskipun
infrakstruktur terus ddikejar, kalau misal isi grup yang selalu memuji Jokowi,
maka otak kita akan penuh dengan “bunga-bunga” betapa hebatnya Jokowi sehingga
kita lupa utang luar negeri yang meningkat dan masih banyak kasus HAM yang
belum diusut. Kalau kita terjebak di satu gelembung saja, maka kita akan
terkurung di gelembung bias.
Maksud saya adalah,
berimbanglah dan berlaku adil semenjak dari pikiran.
Kalau mau follow Jonru, maka follow jugalah Dany Siregar
misalanya, kalau nonton metro, maka tontonlah juga TV one misalnya,, ahaha.. biar kita mempunyai sudut pandang yang luas
dalam sebuah permasalah dan agar inforamsi yang kita terima bisa datang secara
utuh sehingga kita dapat menentuka sikap dengan bijaksana.
Di twitter ataupun di FB beberapa akadeimisi juga semakin
banyak yang aktif di media sosial yang beberapa kali share berita yang agak
tendensisus, ya ngga apa-apa.. boleh aja
kok, boleh banget malahan. Kesadaran untuk tidak berada di gelembung bias yang
mesti terus kita tingkatkan.
Tapi ahh, saya kadang juga gitu.. ahaha
Saran saya sih, bijaklah dalam “share” sesuatu di media
sosial. Saya juga masih belajar tentang ini.