Anak anak ajaib

Anak anak ajaib
mereka selalu ngangenin..

Sabtu, 13 Februari 2016

Tak Kenal Maka Tak Sayang (Guru, siswa dan orang tua)




Ilham adalah siswa kelas VI (siswa saya ketika menjadi Pengajar Muda), kehadirannya selalu membawa kegaduhan di kelas, ada saja yang menangis karena Ilham, bahkan ada saja orang tua yang datang ke sekolah karena anaknya diganggu oleh Ilham. Tidak jarang Ilham juga diusir oleh guru kelas VI karena memang susah diatur. Si anak “bodoh” dan ”tidak bisa diatur”, itulah julukan yang diberikan oleh teman temannya dan guru kepada lham . Namun yang menarik adalah ilham selalu “diam” dan serius kalau belajar matematika. Di antara murid yang lain, Ilham adalah salah satu murid yang cepat mengerti dibandingkan dengan teman teman yang lainnya. Namun ilham akan mengganggu temannya “lagi” ketika dia telah selesai duluan mengerjakan tugas yang diberikan.
Saya sebagai guru matematika Ilham, melihat kemampuan istimewanya dalam bernalar dan berhitung. Saya mengusulkan kepada kepala sekolah untuk membawa Ilham untuk mengikuti olimpiade matematika tingkat Kecamatan. Pada awalnya Kepala Sekolah dan beberapa guru tidak percaya Ilham bakalan bisa, setelah saya ceritkaan, akhirnya Ilham berangkat dan berhaasil JUARA SATU. Pandangan guru berubah ketika ilham berhasil menjadi juara 1 olimpiade matematika tingkat kecamatan.
Di dalam dunia pendidikan, tidak ada anak yang bodoh. Setiap anak adalah juara di bidangnya masing masing, setiap anak mempunyai kecerdesan yang berbeda beda, setiap anak mempunyai caranya belajar masing dan ada beberapa guru terjebak dalam me labeli anak anak nya dengn label “Bodoh” dan “tidak bisa diatur”. Fenomena ini cukup lumrah kita temui di sekitar kita, dengan penyebutan kata “bodoh”  dan kata kata negatif lainnya untuk anak anak kita. Menurut saya salah satu penebabnya adalah guru tidak mengenali karakter dan potensi kecerdasan siswa secara utuh.
Tak kenal maka tak sayang.
Di awal pertemuan banyak orang yang menggunakan pepatah “tak kenal, maka tak sayang” sebagai alasan untuk memperkenalkan diri kepada orang yang baru dijumpai, tidak terkecuali para guru baru yang ingin “disayang muridnya” dengan terlebih dahulu mengenalkan diri. Sayang, perkenalan guru dengan murid sering bertepuk sebelah tangan, sang guru  ingin lebih dikenal oleh para muridnya dari pada sang guru mengenal (karakter atau potensi kecerdasan) muridnya. Pun toh bila guru mengenali muridnya tidak lebih dari identitas diri saja, di antaranya ;  nama lengkap, nama panggilan, alamat dan keluarganya.
Seorang guru yang baik adalah guru yang mengenal  setiap karakter dan potensi kecerdasan siswanya. Guru hendaknya menyadari dan mengajar dalam prespektif kemampuan siswa yang lebih luas dan sekolah tidak lagi menjadi penjara bagi potensi potensi siswa.
Pendidikan merupakan proses untuk memaksimalkan potensi yang terdapat dalam diri siswa. Selain itu, pendidikan memiliki fungsi untuk mengembangkan berbagai aspek kecerdasan dalam diri siswa, antara lain kecerdasan intelektual, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan berbagai kecerdasan lainnya. Dalam proses siswa untuk memeroleh pendidikan yang memadai bagi dirinya, banyak hal yang berpengaruh terhadap proses berpendidikan tersebut, antara lain dipengaruhi oleh faktor guru dan faktor keluarga. Guru merupakan panutan, teladan, dan pemberi contoh. Secara formal, guru membimbing dan memberikan transformasi keilmuan yang luas bagi siswa untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan segala potensinya.
Guru atau sekolah  bukanlah satu satunya faktor yang berperan dalam membantu tumbuh kembangnya siswa. Selain faktor sekolah, faktor dukungan keluarga  adalah faktor yang paling penting untuk membantu anak tumbuh dengan baik, dalam hal ini adalah orang tua. Keluarga adalah pusat pendidikan utama bagi anak. Menurut saya keluarga adalah sebaik baiknya tempat melakukan pendidikan terutama yang berhubungan dengan pendidikan sosial dan karakter.
Dirumah, Ilham mendapatkan perlakuan yang istimewa dari orang tuanya, Ilham adalah anak yang manja, hampir setiap permintaan Ilham, berhasil dia dapatkan dari oang tuanya, meskipun terkadang itu diluar kemampuan orang tuanya Perlakuan yang bertolak belakang antara guru dan orang tua. . Selain guru, Orang tua juga harus mempunyai pengetahuan untuk mengenali potensi dan karakter anak secara utuh. Karena faktororang tua juga sangat mempengaruh terhadap perkembagan potensi anak di sekolah.
Dari segi waktu, pendidikan di lingkungan keluarga lebih banyak diperoleh siswa daripada lingkungan pendidikan formal (persekolahan). Hampir sebagian besar waktu siswa digunakan atau dimanfaatkan dalam tempaan lingkungan keluarga daripada lingkungan formal. Hal tersebut bisa diilustrasikan dengan jumlah waktu siswa yang dihabiskan untuk belajar di lingkungan formal yang berkisar antara 39 Jam – 42 Jam perminggu atau dalam sepekan. Sedangkan selebihnya atau kurang lebih 127 Jam – 129 Jam (sepekan 169 Jam), seorang siswa berada dalam lingkungan keluarganya. 
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan informal yang pertama dan yang paling utama dalam proses sosialisasi anak. Selain itu juga sekolah yang merupakan lingkungan pendidikan formal, memegang peranan penting dalam proses sosialisasi anak. Untuk itu kedua lingkungan pendidikan ini, baik formal maupun informal tidak dapat berdiri sendiri dan harus terintegrasi dengan melakukan hubungan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua. Agar tidak terjadi kesalah pahaman maupun jurang pemisah antara sekolah dan keluarga.
Idealnya, kolaborasi yang baik diantara sekolah dan keluarga tentu akan menghasilkan pendidikan yang baik buat anak. Sekolah dan keluarga akan beriringan mengisi setiap waktu kehidupan siswa dalam aktivitas kesehariannya dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Dengan kolaborasi keluarga dan sekolah, maka akan memberikan efek yang positif terhadap proses pendidikan anak. Secara tak langsung harus terjadinya komunikasi dan hubungan sosial yang baik antara sekolah dan orang tua agar orang tua tidak sepenuhnya menyalahkan pihak sekolah jika anaknya melakukan hal yang diluar aturan dan lain sebagainya, begitu pula sebaliknya.
Tentu harapannya, potensi potensi anak anak seperti Ilham tidak ter sia siakan oleh kita sebagai guru dan orang tua karna kekurang mampuan kita dalam mengenal potensi dan karakter anak anak kita.